bhoendchiez community: 2011

Kaitan 17 Ramadhan, 17 Agustus dan 17 Rakaat

(Subhanallah, Tahun 2011 ini 17 Ramadhan 1432 H,bertepatan dengan 17 Agustus 2011 Masehi)

Nuzulul Qur’an dan Kemerdekaan. Sungguh unik dan sangat menakjubkan, kenapa tidak. Kejadian yang belum tentu terjadi setiap seratus tahun sekali. Ada yang berpendapat setiap 365 Tahun sekali ada yang 400 tahun sekali. 17 Romadhon bisa bertepatan dengan 17 Agustus. Mungkin bagi sebagian orang apalah arti 17 Romadhon dan 17 Agustus. Tapi kalau kita telaah dan kita resapi, ada hubungan yang erat antara keduanya. Apalagi kalau dikaitkan lagi dengan 17 Rokaat. Kemerdekaan tidak akan terwujud tanpa 17 rokaat.

66 tahun yang lalu, tepatnya 17 Agustus 1945 Indonesia mendeklarasikan kemerdekaanya. Kalau kita membaca sejarah, Indonesia merdeka pada bulan Romadhon, bulan yang penuh kemuliaan.

Romadhon bertepatan dengan bulan Agustus ±33 tahun sekali. Itu pun belum tentu 17 Romadon bertepatan dengan 17 Agustus. Sekarang kita mengalami bulan Agustus bertepatan dengan Romadhon sehingga perayaan tujuh belasan pun terpaksa dipajukan ke bulan juli. Kalau kita ingin bertemu lagi paling tidak kita harus menunggu tiga puluh tahun.

Perbedaan antara Masehi dan Hijriyah terjadi karena tidak samanya cara perhintungannya. Masehi didasarkan pada rotasi bumi, sedangkan Hijriyah dihitung dengan perputaran bulan. Sehingga terjadi perbedaan jumlah hari antara Hijriyah dan Masehi setiap tahunnya. ±11 hari, tahun hijriyah lebih cepat dari tahun masehi. Hingga nanti pada suatu saat apabila umur dunia ini bertahan sampai puluhan ribu tahun maka tahun Masehi akan sama dengan tahun Hijriyah, bahkan melebihinya. Tapi apakah mungkin dunia masih bisa bertahan sampai puluhan ribu tahun? Waktu Nabi Isro’ Mi’raj pun bumi ini digambarkan dengan seorang nenek-nenek bungkuk, itu sekitar 14 abad yang lalu, apalagi sekarang. Rasanya Mustahil, tapi Alloh S.W.T yang Maha Tahu segalanya.

Kemudian muncullah pertanyaan, dari mana dapat 33 tahun? Dari mana 11 hari?
Pada tahun masehi jumlah hari tiap bulannya tetap, ada yang 30 hari, 31, ada juga yang 28 hari, kecuali pada bulan Februari tahun Kabisat, berjumlah 29 hari. Sedangkan tahun Hijriyah jumlah hari perbulannya tidak tetap dan tidak ada yang lebih dari 30 hari, kalau tidak 30 pasti 29 hari. Maka dari itu terjadi perbedaan antara Masehi dan Hijriyah. Hingga didapat selisih ± 11 hari. Kalau tidak percaya coba hitung sendiri, atau coba lihat kalender tahun-tahun ke belakang atau dalam hand phone.

Menurut kalender aslinya 17 Agustus bertepatan dengan tanggal 08/09 Romadhon 1364 H. Banyak Pendapat berselisih tentang perbedaan tersebut. Yang jelas kemerdekaan terjadi tepat pada bulan Romadhon.

Lalu apa hubungan antara 17 Romadhon, 17 Agustus, dan 17 Rokaat?
17 Romadhon tanggal diturunkanya Al Qur’an yang mulia, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum yang sempurna untuk mengatur kehidupan dunia. Sedangkan 17 Agustus tanggal yang sangat bersejarah bagi rakyat Indonesia. Indonesia merdeka berarti bebas mengatur negara tanpa campur tangan bangsa/ negara lain. Tetapi bukan bebas yang tanpa batas, seharusnya dibatasi oleh hukum-hukum Al-Qur’an. Dan harus diingat Indonesia merdeka tidak terlepas dari 17 rokaat shalat pardunya para ulama yang berjuang agar Indonesia merdeka.

Sekarang Indonesia sudah 66 tahun merdeka. Apa yang telah tercapai selama 66 tahun tersebut.
Kita generasi yang ke-sekian dari para pejuang, mengemban amanat perjuangaan yang tidak kalah besar dari pendahulu kita yaitu mengisi kemerdekaan.

Seharusnya kita dapat mengisi kemerdekaan dengan 17 Romadhon dan 17 Rokaat.
Masa depan Indonesia berada dalam pundak kita sebagai pemuda bangsa, hancurkan tradisi korupsi yang sudah mengakar dalam diri, bangkitkan diri untuk menjadi yang terdepan dalam berlari, menjunjung semangat dan cita-cita tinggi, memakmurkan seluruh negeri, mengharap ridho ilahi.

KEMUDIAN apa pengaruh 17 Rakaat dalam membentuk kepribadian manusia pelaksana pembangunan ?
1. 17 Rakaat akan melahirkan sosok pribadi yang jujur, bisa dipercaya, teguh dan pandai menjaga amanat.
2. 17 Rakaat akan menjadikan manusia bersikap tawadhu’, rendah hati, tidak sombong atau tidak angkuh.
3. 17 Rakaat membentuk sikap disiplin.
4. 17 Rakaat itu membentuk sikap ikhlas, terjemahannya dalam kehidupan sehari-hari ialah bekerja tanpa pamrih.
5. 17 Rakaat itu membentuk pribadi pembangunan yang sabar.

Contoh 17 Rakaat akan melahirkan sosok pribadi yang jujur, bisa dipercaya, teguh dan pandai menjaga amanat. Seseorang yang melaksanakan 17 Rakaat, yang walaupun tidak disaksikan orang lain, ia tidak akan mungkin korupsi rakaat. Shalat Dzuhur misalnya, ada atau tidak ada orang tetap harus empat rakaat, sendirian atau berjamaah Shalat Maghrib tetap tiga rakaat. Dengan Shalat ini tampak orang dilatih untuk merawat kejujuran yang teramat sangat diperlukan dalam pembangunan.

Apalagi untuk kondisi seperti sekarang ini, dimana kita berhadapan dengan persoalan pembangunan yang semakin rumit, ledakan penduduk yang nyaris tak terkendali, jumlah tenaga kerja yang masuk pasaran jauh melebihi kesempatan yang tersedia, kita juga harus bertemu dengan krisis ekonomi global. Dalam situasi seperti ini, kalau kejujuran para pelaksana pembangunan itu nol, maka rencana yang bagus, dana yang besar hanya akan berbuah kebocoran-kebocoran yang pada gilirannya akan merugikan bangsa secara keseluruhan. Negara ini ibarat sebuah kapal, kalau kapal dibor lalu bocor dan tenggelam, maka seluruh penumpang akan menanggung resikonya.

Oleh karena itu kita berkewajiban untuk menjaga keselamatan bersama, seluruh jajaran pelaksana pembangunan dari mulai tingkat yang paling rendah hingga ketingkat yang paling tinggi harus memiliki sikap jujur, yang itu dibentuk oleh 17 Rakaat. Dengan demikian Insya Allah cita-cita masyarakat adil makmur akan cepat terwujud, tetapi kalau kejujuran itu makin lenyap dari sikap keseharian para pelaksana pembangunan, maka yang muncul kemudian adalah pola sikap "mumpungisme", kesewenang-wenangan, penyalahgunaan jabatan dan penyimpangan, akibatnya, keprihatinan akan menimpa kita, negeri ini akan bersimbah air mata.
Demikianlah kita bisa melihat adanya keterkaitan yang jelas antara 17 rakat dengan pembentukan insan pembangunan, guna mengisi makna 17 agustus. Lalu apa hubungannya dengan 17 Ramadhan ?
Seperti kita ketahui, 17 Ramadhan adalah saat diturunkannya Al-Qur’an, yang ayat pertamanya adalah" IQRA’" (BACALAH!). Apa yang perlu dibaca ? ialah AYAT ALLAH SWT. Apa ayat Allah? ALAM adalah ayat Allah, WAHYU ALLAH (AL-QUR’AN) juga ayat Allah. Dengan firman pertama itu seolah-olah Allah berkata," Bacalah alam ini, pelajari dan budi dayakan untuk kemaslahatan kalian semua! Bacalah Al-Qur’an sebagai Pedoman hidup kalian".

Keduanya harus kita jalankan dalam rangka menjaga keseimbangan antara hati dan otak. Mengharmoniskan hubungan antara kemajuan intelektual dengan kemantapan akidah. Otak boleh Jerman tapi hati tetap Mekkah, sehingga kalau kita simpulkan, dengan melaksanakan 17 Rakaat kita isi makna 17 Agustus dengan berpedoman pada petunjuk yang turun di tanggal 17 Ramadhan. Semoga ketiga 17 itu tetap terpatri di hati para pemimpin bangsa, sehingga mampu mengantarkan negeri ini menuju apa yang kita cita-citakan bersama,"Masyarakat Adil dan Makmur di bawah naungan Ridho Allah SWT.

( Taken from some sources and writer's opinion )


Adikku

Oleh : Reynando. A. Z
Alumni Th.2010
Adikku...


Kini Kau Beranjak Dewasa
Wajah Imut Itu Bermetafora
Senyum Lepas Berganti Lika-Liku Dunia


Adikku...


Kini Kau Mengerti Akan Cinta
Hati Bercampur Aduk Tak Terkira
Hendaknya, Sikapilah Dengan Bijaksana


Adikku...

Manjamu Masih Membekas Dalam Kalbuku
Teringat Celoteh Riang Dari Bibirmu
Membuat Haru Biru Riang Hariku


Adikku...


Berlarilah... Terbanglah...
Menggapai Angan, Meraih Asa
Hingga Terkuburnya Mentari dan Rembulan


Adikku...


Jangan Bersedih...
Kakak Masih Disini, Menemani
Lekas Engkau Utarakan Keluh Kesahmu
Dan Biarkan Kakak Menjadi Pilar-Pilar Jiwamu


Adikku...


Bila Nanti Kakak Menghilang Dari Peradaban
Didiklah Mereka, Adik-Adikmu
Dengan Cinta Dan Kasih Sayang
Seperti yang Kakak Ajarkan





Mengajar dengan Bahasa Cinta

Guru Bahasa Inggris di SMK Penerbangan Sedati
Oleh : Sulardi S.Pd., M M
Diambil dari beberapa sumber


"Tuhan kirimkanlah aku… guru yang baik hati yang mencintai aku apa adanya." Itulah sepenggal pelesetan lagu Dewa syarat makna dan merupakan ungkapan seorang siswa yang sedang merana dalam belajarnya.

Berdasarkan hasil survei kecil-kecilan kepada teman-teman guru di sekolah kami, ternyata 9 di antara 10 guru pernah mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan ketika mereka masih duduk di bangku SD, SMP, atau SMA sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu. Ingatan mereka, termasuk penulis, masih segar ketika mendapat hukuman spontan dari guru karena divonis melakukan suatu kesalahan. Misalnya, mengganggu teman, berbicara atau bermain ketika guru sedang menerangkan, tidak mengerjakan PR, tidak bisa menjawab soal dengan benar, dan nyontek ketika ulangan.

Berbagai macam hukuman pun segera kami terima, disuruh berdiri di depan kelas, dijewer bergiliran oleh teman sekelas, dijemur, dan membersihkan kamar mandi. Bahkan, penulis pernah dimasukkan ke dalam lemari cukup lama, baru dibuka setelah menangis keras.

Menciptakan Budaya Membaca Dan Menulis Guna Mencerdaskan Kehidupan Masa Depan Bangsa Di SMK Penerbangan Sidoarjo

Oleh : Budi Handayani

Awalnya saya berpikir bagaimana sekolah kita mempunyai perpustakaan yang lengkap sebagai sarana pembelajaran bagi siswa yang membutuhkan buku sebagai komunitas pendidikan, apalagi jika buku-buku teknik penerbangan sebagai koleksi perpustakaan sekolah kita. Dalam pikiran andai benar ini tercipta apakah ada pengaruh terhadap kecerdasan siswa di SMK Penerbangan Dharma Wirawan Sidoarjo ini? Tentu semua ini berdampak positif, sehingga langkah awal untuk memulai menghidupkan perpustakaan sekolah sejak 2 tahun lalu saya dan teman-teman guru dengan caranya sendiri-sendiri membuat langkah untuk menggerakkan seluruh siswa, terutama yang duduk di kelas terakhir yang mau tamat untuk menyumbangkan buku-buku yang bermanfaat untuk sekolah kita dan sampai saat ini sudah masuk tahun ketiga.